Aming Prayitno, Desainer Logo Korpri Yang Terlupakan

tajukonline.com – (29/11/2018) Kamis, 29 November 2018 Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) merayakan hari jadinya yang ke 47. Korpri dibentuk Soeharto melalui Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971 tentang pembentukan Korpri sebagai satu-satunya wadah organisasi pegawai negeri sipil (PNS). Tujuannya untuk menggiring PNS dan keluarganya agar memberikan suara bagi Golkar. Saat itu, Menteri Dalam Negeri Amirmahmud merangkap sebagai Ketua Korpri.

Di tengah dinamika dan gegap gempita perayaan HUT Korpri ada seorang tokoh penting yang terlupakan. Dialah Aming Prayitno, sang perancang logo Korpri yang menjadi motif batik seragam kebesaran Korpri.

Aming adalah seorang seniman pelukis yang lahir di Surakarta 9 Juni 1943. Dia pernah belajar seni di Koninklijk Akademie voor Schonkunsten di Gent, Belgia pada 1976, dan menyelesaikan studinya di STSRI Yogyakarta pada 1977.

Pada tahun 1973, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI melakukan lomba desain logo KORPRI. Salah satu anggota jurinya adalah Kusnadi (kritikus seni rupa). Ternyata dari lomba ini tidak menghasilkan logo yang menarik dan diinginkan.

Sampai dua kali penyelenggaraan, tidak pula menemukan desain yang pas. Sampai pada suatu ketika Aming Prayitno ditemui oleh staf Departemen Dalam Negeri RI untuk dimintai membuat desain logo. Pada waktu itu Mendagri RI dijabat oleh Amir Mahmud yang juga menjabat sebagai Ketua KORPRI Pusat. Rupanya yang dimintai untuk mendesain tidak hanya Aming, tetapi juga perupa Mujitha, Suharto PR dan seniman lain dari Bandung dan Jakarta.

Akhirnya desain Aming-lah yang terpilih. Aming mendapat sertifikat penghargaan dengan “No. Peng. 02/K.III/wan/73 tertanggal 6 Maret 1973”. Ia berhak atas uang sebesar 50 ribu rupiah yang dibebankan kepada KORPRI Pusat.

Menurut Pengajar Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Mikke Susanto, logo Korpri karya Aming merupakan sekumpulan tanda yang disatukan dalam sebuah desain. Dalam logo tersebut tercantum beberapa simbol: 1) Pohon Hayat atau Kalpataru yang merupakan pohon pelindung dan penyeimbang alam.

Dalam pohon tersebut terdapat 17 ranting, 8 cabang, dan 45 daun sebagai asosiasi hari Kemerdekaan RI. 2) Pohon tersebut menaungi sebuah siluet rumah yang memiliki 5 buah tiang yang diasosiasikan sebagai dasar negara Pancasila. 3) Di bawahnya terdapat sayap yang menyiratkan kebebasan. 4) Logo KORPRI tersebut berwarna emas (atau kuning) yang menyiratkan sebuah warna yang paling mulia dan tinggi.

“Logo ini lalu di-batik-kan. Maksudnya bukan batik dalam arti sebenarnya, tetapi dibuat sebagai baju seragam batik printing. Pakaian batik printing ini dipakai sebagai pakaian wajib dalam melaksanakan tugas sehari-hari para PNS,” ujar Mikke.

Anehnya, kata Mikke, setelah mendapatkan sertifikat dan uang jasa pembuatan logo, Aming yang juga PNS sebagai dosen di STSRI Yogyakarta, tidak lagi mendapat peran apa pun. Bahkan, sebagai desainer logo, dia tak mendapatkan pemberitahuan sebelumnya maupun hak kekayaan intelektual atas desainnya.

Menurut Mikke, Aming dinilai oleh beberapa ahli sebagai salah satu perupa yang beraliran Lirical Abstraction atau Lirisisme. Aliran ini mulai berkembang di akhir dekade 1960 hingga 1970-an, di antara ramainya perdebatan dan polemik Manifesto Kebudayaan (Universalisme) melawan Manifesto Kerakyatan (Realisme Sosial).

Lirisisme, terang Mikke, merupakan karya-karya yang memiliki kualitas dan proses kreatif yang bersifat personal, melahirkan ungkapan-ungkapan yang menitikberatkan pada perasaan dan emosi (liris). Dalam beberapa ungkapan visual terlihat intuitif, imajinatif, dekoratif dan nonformal improvisatoris, serta memiliki dimensi abstrak yang cukup kuat.

Pamor batik KORPRI yang semula begitu kuat, turut menghilang dengan munculnya Orde Reformasi. Pada beberapa tahun terakhir, logo Aming dipakai kembali dengan sentuhan baru pada seragam PNS. Tak dinyana, batik logo KORPRI telah menjadi batik kontemporer paling dikenal dan fenomenal dibanding motif batik lain yang sebelumnya hadir.

Maklum, batik itu menjadi atribut wajib PNS yang berjumlah ratusan ribu. Batik Korpri sempat surut di era Reformasi. Namun, tak lama kemudian muncul kembali motif batik baru untuk PNS masih menggunakan logo Korpri karya Aming Prayitno. Kini, pembuat logo Korpri menghabiskan masa tuanya di Yogyakarta dalam keadaan sakit. (arief)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *