tajukonline.com – (8/12/2018) Resolusi yang disponsori AS untuk mengutuk kelompok militan Hamas karena menembakkan rangkaian roket ke Israel gagal untuk lolos di Majelis Umum PBB.
Dalam pemungutan suara, resolusi itu memang memenangkan mayoritas dengan keunggulan 87-57, dan 33 abstain, Namun resolusi itu tak bisa diloloskan karena tidak mencapai mayoritas dua pertiga dukungan yang disyaratkan.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan resolusi itu telah dibajak oleh persoalan prosedural ini.
Seorang juru bicara Hamas mengatakan hasil pemungutan suara ini adalah ‘tamparan’ bagi pemerintahan Presiden Donald Trump.
Dutabesar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan hal ini akan merupakan ‘kesalahan bersejarah’ karena PBB tidak meloloskan kutukan semacam itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa meskipun tidak mencapai dua pertiga suara untuk resolusi, namun ini adalah pertama kalinya terjadi di PBB, “mayoritas suara negara-negara di dunia” yang bangkit menentang Hamas.
Resolusi di PBB tidak mengikat namun berdampak besar secara politik.
Ini adalah resolusi mengutuk Hamas yang pertama yang dipertimbangkan oleh majelis 193-negara. Hamas, atau sayap militernya, ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel, AS, UE, dan Inggris, serta kekuatan lain.
Para pendukungnya menganggap Hamas sebagai gerakan perlawanan yang sah yang berkuasa melalui pemilihan umum di Gaza, yang terakhir diadakan pada tahun 2006.
Menjelang pemungutan suara di PBB ini, Nikki Haley, yang akan mengundurkan diri pada akhir tahun, mengatakan dia ingin “bertanya kepada negara-negara Arab yang merupakan saudara-saudara saya – apakah kebencian Anda terhadap Israel begitu kuat sampai-sampai Anda akan membela suatu organisasi teroris? Salah satu (organisasi) yang secara langsung menyebabkan penderitaan pada rakyat Palestina?”
Sami Abu Zahri, juru bicara Hamas, kelompok militan yang memerintah Jalur Gaza sejak 2007, menulis di Twitter setelah pemungutan suara: “Kegagalan Amerika dalam upayanya ini di PBB merupakan tamparan bagi pemerintah AS dan mengukuhkan legitimasi dari perlawanan (Hamas). ”
Wakil Duta Besar Iran di PBB, Eshagh al-Habib mengatakan AS berusaha mengalihkan perhatian dari akar penyebab konflik.
Bulan lalu terjadi kekerasan kembali marak antara Israel dan militan Palestina di Gaza. Ratusan roket ditembakkan ke Israel dari Gaza, yang dibalas Israel dengan serangan yang menggunakan pesawat-pesawat tempur, yang menghantam sejumlah bangunan milik Hamas.
Pemerintah Donald Trump merupakan pendukung kuat Israel, mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan tahun ini memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, kendati dikecam dunia secara luas.