tajukonline.com – (10/12/2018) Polisi menangkap empat orang yang menipu perusahaan maskapai asal Singapura, Singapore Airline.
Tiga dari empat yang ditangkap itu adalah peretas berinisial A, H dan RM. Ketiga tersangka pembobol kartu kredit atau hacker ini mendapatkan data dari AH.
AH adalah orang yang menampung data-data pemilik kartu kredit, dan data itu diberikan kepada tiga peretas untuk membobol kartu kredit.
Kanit I Resmob Polda Metro Jaya Kompol Malvino Edward mengatakan, pesan tersebut merupakan spamming yang dijadikan oleh tiga orang itu sebagai modus pembobolan kartu kredit.
“Jadi, para pembobol akan membeli data email dari berbagai belahan dunia dan mengirim pesan spam (sampah),” kata Malvino di Mapolda Metro Jaya, Senin (10/12/2018).
Malvino mengatakan, biasanya pesan ini berisi tautan tertentu yang memerintahkan pemilik akun mengklik tautan tertentu.
Setelah itu pemilik email diminta untuk memasukkan data tertentu, misalnya data kartu kredit.
“Misalkan mengatasnamakan perusahaan tertentu, dia memberi tahu kalau dapat hadiah. Lalu diminta memasukkan data sangat pribadi seperti angka yang ada di balik kartu kredit,” kata Malvino.
Menurut Malvino, jika pemilik email mengikuti tahapan tersebut, sistem mirroring akan bekerja. Alhasil, data-data kartu kredit pemilik email akan terekam oleh pelaku.
“Jadi mereka beli tiket istilahnya dengan kartu kredit orang lain, jadi mereka enggak keluar modal kan. Tapi dapat tiket asli dengan identitas pemesan,” kata Malvino.
Malvino mengatakan, biasanya para tersangka hanya menggunakan kartu kredit korbannya sebanyak satu hingga dua kali saja. Karena, biasanya para pemilik kartu kredit akan curiga ketika mendapat tagihan dari Singapore Airlines padahal tak pernah melakukan transaksi dan akan meminta bank melakukan decline terhadap trasaksi itu.
“Nah di sini yang paling dirugikan adalah maskapai. Kalau pemilik kartu kredit kan sudah decline kartunya. Tapi saat maskapai akan menagih pembayaran ke bank tidak bisa,” kata Malvino.
Malvino meminta kasus itu menjadi pelajaran penting bagi masyarakat.
“Kalau ada pesan yang aneh dan meminta data-data sensitif lebih baik abaikan saja,” kata Malvino.