tajukonline.com – (11/12/2018) Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom blak-blakan kepada Jawa Pos. Ia mengungkapkan hal-hal penting terkait penembakan para pekerja proyek PT Istaka Karya di Nduga, Papua.
Sebby pun mengakui pihaknya bertanggung jawab atas penembakan yang nemewaskan belasan nyawa. Bahkan, elite OPM itu mengklaim bahwa pekerja proyek adalah intelijen dari TNI.
Berikut petikan wawancara wartawan Jawa Pos Ilham Dwi Wancoko dengan Sebby:
Bagaimana kabarnya, Bang Sebby?
Baik.
Apa yang membuat TPNPB-OPM yakin bahwa pekerja proyek itu intelijen dari TNI?
Semua proyek infrastruktur jalan trans-Papua yang mengerjakan TNI. Hal itu merupakan rahasia umum di Papua.
Apakah pekerja itu melawan dengan senjata?
Iya (Sebby lalu mengirimkan sebuah video yang berisi pekerja berkaus loreng dan bersenjata laras panjang. Dalam video, mereka sedang berlindung di balik kendaraan proyek).
Berapa pekerja yang ditembak mati?
24 orang.
Awal mula penyerangan, apakah karena ada pekerja yang mengambil foto saat upacara 1 Desember?
Itu kan versi TNI dan Polri. Kami menyerang secara terencana. Setahun lalu kami juga menyerang proyek pembangunan.
Adakah pekerja yang disandera?
Tidak ada, semua tewas. Kami menyerang proyek dan sebuah pos TNI. Kami yang bertanggung jawab.
Bukankah proyek itu untuk menyejahterakan rakyat Papua?
Kami tidak membutuhkan pembangunan. Yang kami butuhkan adalah kesempatan menentukan nasib sendiri dengan referendum.
Ada warga sipil yang diketahui menjadi korban, bagaimana itu?
Jika mengetahui ada warga sipil, tentu kami tidak akan melukai. Bila benar ada warga sipil menjadi korban, tentunya itu tanggung jawab TNI. Seharusnya serahkan semuanya ke sipil. Selama ada TNI, kami serang.
Bagaimana bila pemerintah melobi TPNPB-OPM?
Tidak ada lobi, yang ada bila mau ditempuh adalah perundingan tingkat tinggi. Dengan tiga pihak, Indonesia, TPNPB-OPM, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perundingan segi tiga untuk menentukan nasib rakyat Papua.
Mengapa begitu kerasnya ingin menentukan nasib sendiri?
TNI dan polisi Indonesia ini memperlakukan kami seperti binatang. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi di Papua. Pada 1977, ada pembantaian 500 ribu orang tua kami. Warga Papua diberangus. Itulah mengapa kami membentuk militer.
Berapa kekuatan TPNPB-OPM?
Kami memiliki 29 Komando Daerah Pertahanan (Kodap). Setiap Kodap memiliki 2.500 personel. Saya pastikan TPNPB-OPM merupakan militer kelas dunia.
Tapi, jumlah TNI kan lebih banyak, bagaimana itu?
Mereka boleh lebih banyak, tapi alam bersama kami. Hutan bersama kami, lembah bersama kami, dan kami tidak akan menyerah. Kami punya moto, satu butir senjata melawan seribu butir senjata.
Setelah ini apa yang akan dilakukan?
Serangan kami berlanjut hingga revolusi total. Saat ini masih revolusi tahapan, serangan kecil ke titik-titik tertentu. Saat sampai revolusi tetap, semua warga non-Papua akan kami usir dari negeri ini.
(jpk/idr/JPC)