tajukonline.com – (25/12/2018) Hari kedua sesudah tsunami menerjang, kecemasan masih menjalar, namun sejumlah warga juga sudah mulai berani untuk kembali untuk melihat langsung kerusakan yang terjadi pada tempat tinggal dan tempat usaha mereka.
Di sepanjang jalan dari Pantai Anyer menuju Carita, warga bahu-membahu membersihkan puing dan memungut harta yang masih bisa diselamatkan.
“Nyari barang-barang apa gitu. Kalau udah nggak layak dipakai, ya udah ngapain (dipungut). Yang penting (bekas) kayunya kita selamatin dulu,” tutur Nurhasan, warga Anyer yang rumah sekaligus tempat usahanya habis dibabat ombak, kepada BBC News Indonesia, Senin (24/12).
Ia mengajak empat saudaranya untuk membantu mencari barang-barang yang bisa dibawa pulang. Malang, tak banyak benda tersisa yang layak dipakai ulang.
“Nggak tau, Pak. Bingung juga. Paling ada baju-baju sisa, punya anak, punya saya,” ungkap Hasan pasrah.
“Hancur semua, bahkan kulkas juga mesinnya mah udah ada yang motong tadi pagi, nggak tahu siapa yang ambil. Suasana seperti ini kita `dimakan` juga. Bahkan celengan juga udah ada yang ngebobok.”
Hasan, istri, dan anaknya, berhasil melarikan diri dari gulungan tsunami Sabtu (22/12) malam. Mereka lari setelah ombak pasang menyentuh rumah mereka.
Kini, ia belum punya tahu harus bagaimana.
“Nggak bisa ngelihat ke depan dulu, karena kita lagi bingung, Pak, mikirnya ke depan. Ya maunya mah kita bangun lagi, tapi kan kita lihat situasi dulu,” imbuh Hasan.
Ia sudah pasrah dengan kondisi yang dihadapi. “Tuhan yang berkehendak, (terjadi) cuma sekejap mata,” tutupnya.
Di bagian lain kawasan itu, bunyi mesin pemecah beton menghantam dinding-dinding yang sudah ambruk di Villa Stephanie, Pantai Carita, Pandeglang, di hari kedua sesudah tsunami meluluh-lantakan kawasan itu.
Puluhan polisi dan relawan saling membahu menyingkirkan puing-puing dari reruntuhan bangunan villa di tepi pantai itu.
“Satu, dua, tiga!” teriak mereka saat bersama-sama menarik potongan besar kerangka atap baja ringan dari atas gundukan villa yang sudah tak berbentuk.
Mereka tengah mencari korban yang mungkin masih tertimbun reruntuhan. Sudah lebih dari 40 jam sejak tsunami menerjang.
“Di sini disinyalir masih banyak, ada yang tertimbun, yang meninggal dunia,” ungkap AKBP Achmadi, wakil direktur Samapta Polda Banten, kepada BBC News Indonesia, Senin (24/12) siang.
Kekhawatiran tersebut muncul sebab pada malam terjadinya tsunami, tengah berlangsung acara family gathering Koperasi RSUD Tarakan. Ada 54 orang anggota rombongan wisata koperasi tersebut yang tengah beraktivitas di tepi pantai. Enam belas di antaranya belum ditemukan.
“Tadi pagi kita udah dapat empat jenazah yang tertimbun oleh reruntuhan. Makanya sekarang itu lagi kita masih evakuasi,” lanjutnya.
AKBP Achmadi menuturkan, keempat jenazah lantas dievakuasi ke RS Berkah, Pandeglang. Proses evakuasi pun masih berlanjut untuk mencari lebih banyak korban yang kemungkinan masih terjebak di bawah reruntuhan.
“Hari ini sampai besok itu masih dalam pencarian korban dulu. Baru nanti kalau memang sudah dinyatakan clear, kita akan melakukan untuk pembersihan,” ujarnya.
Villa Stephanie sendiri merupakan salah satu area terparah akibat tsunami Selat Sunda. Lebih dari 30 korban tewas ditemukan di sini.