tajukonline.com – (26/12/2018) Gunung Anak Krakatau dalam dua hari terakhir terus menunjukan aktivitasnya.
Tercatat, Senin (24/12/2018), sempat teramati Gunung Anak Krakatau menyemburkan awan panas yang bergerak ke arah selatan.
Andi Suardi, kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, mengatakan, dari data Magma VAR (vulcano activity report), Senin hingga pukul 24.00 WIB, terjadi gempa tremor dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm).
“Teramati adanya asap kawah berwarna hitam dengan intensitas tebal dan ketinggian 300-600 meter. Juga teramati adanya awan panas ke arah selatan dan suara dentuman yang terdengar dari pos,” kata Andi Suardi kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (25/12/2018).
Sebelumnya, Minggu (23/12/2018) dari data Magma VAR teramati adanya asap kawah bertekanan sedang berwarna hitam dengan intensitas tebal dan ketinggian 400 meter.
“Untuk visual tertutup kabut. Namun, terdengar suara dentuman yang terdengar dari pos,” ujar Andi.
Sehari sebelumnya, Sabtu, 22 Desember 2018, dari data Magma VAR teramati asap kawah dari pagi hingga sore.
Asap kawah berwarna hitam tebal dengan tinggi kolom asap berkisar 700 sampai 1.600 meter.
Untuk aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau pada Minggu kemarin, tercatat gempa tremor dengan amplitudo 10-58 mm (dominan 25 mm).
Status Gunung Anak Krakatau sampai saat ini masih level II (Waspada).
Pengunjung dan nelayan dilarang mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau dalam radius 2-3 kilometer.
Suara Letusan
Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda akhir-akhir ini memantik kekhawatiran warga di Pulau Sebesi.
Alasannya, Pulau Sebesi adalah pulau berpenghuni terdekat dengan Gunung Anak Krakatau.
Suara letusan Gunung Anak Krakatau yang terjadi terus-menerus membuat warga semakin khawatir.
“Suara letusannya terus-menerus dan sangat kuat terdengar dari Pulau Sebesi,” kata Kasat Polairud Polres Lampung Selatan Iptu Yaya Sudrajat saat mengirim bantuan ke Pulau Sebesi, Selasa (25/12/2018).
Pasca terjadinya gelombang tsunami yang ditengarai akibat terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau, warga Pulau Sebesi memilih untuk mengungsi ke darat.
Warga Pulau Sebesi dan Pulau Sebuku dievakuasi dengan menggunakan kapal KN Jembio P.215 milik KPLP, Selasa (25/12/2018).
Namun, kepulan material dari aktivitas Gunung Anak Krakatau tidak terpantau karena tertutup awan mendung.