Andi Arief Minta Mata Jokowi Diberikan untuk Novel, Grib: Kenapa Gak Matanya Saja?

Ratusan massa tergabung Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) menggelar aksi menolak lupa dengan menyambangi Gedung Kejaksaan Agung RI dan Gedung DPR RI, Senin (31/12/2018). | ISTIMEWA

tajukonline.com – (01/01/2019) Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) menyoroti pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief yang menantang Presiden Joko Widodo memberikan satu matanya ke Novel Baswedan, korban penyiraman air keras.

Koordinasi Aksi Grib, Faris menilai pernyataan Andi Arief untuk kepentingan politik. Menyusul, Andi Arief merupakan salah satu politisi yang berkoalisi dengan lawan politik Jokowi.

Bacaan Lainnya

“Andi Arief menantang Jokowi untuk menyerahkan matanya ke Novel Baswedan. Pernyataan Andi Arief gak nyambung, kenapa gak matanya saja yang ditukar,” ujar Faris saat orasi di depan Gedung Kejaksaan Agung RI, Senin (31/12/2018).

Untuk diketahui, pernyataan Faris disampaikan saat aksi Grib menolak lupa kasus pembunuhan yang diduga melibatkan Novel Baswedan. Mengingat saat menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kota Bengkulu, Novel Baswedan diduga kuat melenyapkan nyawa seorang tersangka kasus pencurian sarang burung walet atas nama Mulyadi Johan tahun 2004 lalu. Oleh karena itu, Kejagung didesak untuk menyeret Novel Baswedan ke pengadilan, sehingga rakyat bisa mengetahui apakah dia terlibat atau tidak dalam kasus tersebut.

“Semua orang sama di mata hukum. Untuk itu kami mendesak agar Kejaksaan Agung RI menyeret kembali Novel Baswedan ke ruang pengadilan. Karena hingga saat ini Novel Baswedan masih beraktivitas bebas di luar. Padahal ada nyawa orang lain yang sudah direnggut. Kejagung jangan biarkan teruduga pembunuh berkeliaran karena orang tak berdosa lainnya pun bisa terbunuh,” tegas Faris.

Sebelumnya, Andi Arief mengkritik Jokowi, yang menurutnya gagal menuntaskan kasus yang menimpa Novel. Padahal, menurut Andi, kasus yang menimpa Novel ini termasuk kategori mudah diselesaikan.

Andi menyebut Jokowi seharusnya memberikan satu matanya kepada Novel. Menurut Andi, itu juga sekaligus bentuk sindiran karena Jokowi dianggap tidak bisa melihat persoalan ini dengan seksama.[]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *