Politikus Muda PDIP: Bu Mega Benar, Siapa Presiden yang Tak Dihujat Setelah Tak Menjabat?

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri berdialog dengan kaum milenial, Senin (7/1/2019).

http://tajukonline.com – (11/1/2019) Jakarta, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, berdialog dengan kaum milenial, kemarin.

Putri Bung Karno itu bercerita banyak hal.

Bacaan Lainnya

Satu cerita paling menarik bagi peserta acara itu ternyata mengenai kisah Megawati meminta agar Soeharto tak dihujat.

Hal itu diungkap pemuda asal Provinsi Aceh yang menjadi peserta acara itu, Ramond Dony Adam.

Baginya, cerita Megawati sangat bermanfaat bagi generasi muda seperti dirinya yang memang harus banyak belajar soal sejarah.

“Yang paling berkesan dari acara Bu Mega bercerita tahun 1965, Bung Karno diturunkan dengan cara kurang baik. Itu menjadi pembelajaran juga mengapa ketika Pak Harto dihujat, Ibu Mega melarangnya,” kata Dony, sapaan akrabnya, Selasa (8/1/2019).

Di acara itu, Megawati memang menyampaikan cerita itu. “Saya yang mengatakan jangan hujat dia (Soeharto, red). Bayangkan, apa kalian akan begitu juga, setiap presiden naik kalian puja-puja, kalian angkat. Tapi ketika sudah tidak senang, kalian jatuhkan dan maki habis? Apakah itu bangsa kita, bangsa Indonesia, katanya bangsa yang luhur, katanya bangsa yang beradab?” demikian Megawati.

Bagi Dony, yang hadir di acara itu sebagai politikus muda PDIP untuk dapil Aceh 1 nomor urut 2, harus diakui ironi yang disampaikan Megawati itu benar adanya.

“Benar apa yang disampaikan Ibu Mega, seluruh presiden republik ini selalu menerima hujatan di masa akhir jabatannya, tanpa terkecuali,” kata Dony.

Maka itu, dia mendorong agar para generasi muda melakukan refleksi. Minimal melihat ke dalam diri sendiri, bertanya apa yang sudah kita perbuat untuk bangsa dan negara sehingga seenaknya menghujat para orang tua pendahulu itu.

Dilanjutkannya, dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda, ‘wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada Pemimpin, red) pada apa-apa yang ia sukai atau ia benci, kecuali bila Pemimpin itu menyuruh untuk berbuat maksiat.’

“Mari kita lihat, adakah pemimpin di Indonesia ini baik presiden sekarang maupun presiden sebelumnya menyuruh kita berbuat maksiat? Entah jika ada yang menyuruh berbuat bohong, saya tak mau mencampurinya. Biar urusan dia dengan Yang Di Atas saja,” ungkap Dony.

Dengan itu, dia menilai para generasi muda ke depan lebih pintar dalam menggunakan media sosial. Apa yang disampaikan Megawati itu sebenarnya sangat kontekstual di tengah maraknya hujat-menghujat di media sosial.

“Mari lebih pintar dalam menggunakan medsos, pelajari dahulu darimana asal tautan berita-berita tersebut. Biasakan membaca berita melalui media online terpercaya, hindari baca berita dari blogspot atau web yang tidak jelas namanya,” tandas Dony.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *