http://tajukonline.com – (12/1/2019) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo meminta Pemda Pandeglang untuk merenovasi shelter tsunami yang berada di Labuan, Pandeglang, Banten. Shelter tsunami tersebut diharapkan akan bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.
Hal tersebut diungkapkan Doni ketika meninjau langsung shelter tsunami tersebut. Doni bersama jajaran BNPB datang pada sekitar pukul 13.45 WIB. Tampak dalam rombongan itu ialah perwakilan dari BMKG, PVMBG, LIPI, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bupati Pandeglang Irna Narulita juga tampak mendampingi.
Ketika di lokasi shelter, Doni sempat meninjau hingga lantai dua dan tiga.Ia meminta kepada Irna agak lebih bisa memaksimalkan manfaat dari tempat tersebut.
“Jadi ini bisa digunakan mungkin untuk lomba menggambar Gunung Anak Krakatau, atau membaca puisi,” kata Doni kepada Ina di shelter tsunami di Labuan, Pandeglang, Banten, Sabtu (12/1).
Menurut dia, kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di shelter tersebut diharapkan juga bisa menjadi bagian pemberian edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana. Sehingga, masyarakat bisa mempunyai pengetahuan yang cukup bila bencana datang.
“Intinya tempat ini segera dimanfaatkan untuk tempat latihan kebencanaan. Pokoknya masalah terkait kebencanaan manfaatkan ini,” kata Doni.
Ia memahami tempat tersebut masih terkendala dalam proses pembangunannya. Meski begitu Doni meminta agar tempat tersebut bisa dimanfaatkan sehingga tidak terbengkalai seperti saat ini.
“Jadi walaupun ini ada masalah, tapi ini saya kira harus bisa dimanfaatkan,” kata Doni.
Alih-alih digunakan untuk tempat berlindung saat bencana tsunami, shelter tsunami berlantai tiga yang dibangun di lahan seluas 2.456 meter ini malah tampak seperti gedung tua tak berpenghuni. Sebabnya adalah karena dikorupsi dan hasil pengerjaan proyek akhirnya tidak sesuai spesifikasi shelter yang tahan gempa.
Kondisi shelter tsunami di Labuan tidak terawat. Dinding shelter penuh dengan coretan. Selain itu beberapa fasilitas di shelter seperti listri, toilet, dan lampu rusak. Bangunan di lantai tersebut juga kerap digunakan untuk tempat nongkrong anak muda hingga mesum.
Saat malam tsunami terjadi shelter tersebut sempat digunakan warga untuk mengungsi. Namun setelah itu warga meninggalkan shelter karena tidak ada fasilitas yang memadai sebagai tempat pengungsian.