http://tajukonline.com – (12/1/2019) Makan gorengan ditambah dengan minum es, sungguh nikmat. Namun, bila dikomsumsi berlebihan, bisa mengakibatkan obesitas. Hal ini terjadi pada Titi Wati , 37 tahun warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang memiliki berat badan sekitar 350 kilogram.
Ibu satu anak itu mengakui memang suka makan camilan setiap harinya. Bahkan, minuman es dan makanan gorengan, tidak luput jadi santapannya setiap hari.
Kekinian, Wati berjuang dengan mengurangi porsi makan camilan karena khawatir badannya terus membesar seiring berat badannya yang terus naik.
Titi Wati mengalami obesitas sejak 7 tahun silam sehingga tak lagi bisa berjalan, apalagi beraktivitas. Kekinian, ia hanya bisa tergolek di peraduan.
Saat ini Wati sama sekali tidak bisa berdiri karena kakinya tidak mampu untuk menahan berat badannya yang kian membesar setiap hari.
“Setiap kali bangun tidur bagian kaki saya selalu sakit seperti keram, kemudian badan terasa sakit semua,” ucap perempuan yang memiliki hobi bernyanyi tersebut.
Bahkan, untuk mengevakuasi Titi guna dirawat di rumah sakit, petugas berencana menjebol dinding rumah karena tak bisa dikeluarkan melalui pintu.
“Saya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada saya untuk pengobatan menurunkan berat badan yang sudah mencapai sekitar 350 kilogram lebih,” kata Titi Wati yang hanya bisa tengkurap di tempat tidur di rumah kontrakannya itu, seperti diberitakan Antara, Selasa (8/1/2019).
Wanita 37 tahun tersebut merasakan berat badannya meningkat drastis dalam tujuh tahun terakhir. Akibatnya, kini perempuan yang diperkirakan merupakan perempuan tergemuk di Kalimantan Tengah itu makin kesulitan bergerak dan lebih banyak berbaring dengan posisi tengkurap.
Berbagai cara dilakukannya untuk menyembuhkan obesitas atau kelebihan berat badan yang dideritanya. Di antaranya dengan mengonsumsi minuman herbal penurun berat badan. Cara itu diakuinya menunjukkan hasil karena berat badannya sempat berkurang.
Namun, karena harga minuman herbal itu semakin mahal, Wati tidak lagi sanggup membelinya. Alhasil, pola makannya kembali membuat berat badannya kembali naik.
“Setelah tidak mampu membeli minuman herbal penurun berat badan itu, sayapun menjalani aktivitas saya seperti orang normal. Makan dan minumpun juga tidak lagi terkontrol, sehingga berat badan saya yang saat itu sempat 167 kilogram, kini menjadi 350 kilogram lebih,” katanya.
Wati mengakui tidak pernah melakukan pengobatan atau memeriksa kondisi kesehatannya ke dokter dan rumah sakit.
Sang suami, Edi (52) mengaku pihaknya harus mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan.
“Kata suami saya, ambil hikmahnya saja dan syukuri keadaan yang sudah diberikan Tuhan. Mau bagaimana lagi kami berbuat kalau ini sudah nasib dari keluarga kami,” beber Wati menirukan perkataan suaminya yang bekerja sebagai pencari kayu hutan.
Herlina (19), putri semata wayang wanita tergemuk di Kalteng tersebut, berharap pemerintah setempat serta para dermawan bisa mengulurkan tangannya untuk menyembuhkan penyakit yang diderita sang ibu.
“Besar harapan kami agar ibu saya mendapatkan uluran tangan dari para dermawan serta pemerintah untuk membantu pengobatan. Kami pasrah dan apa boleh buat dengan kondisi perekonomian kami yang tidak mampu untuk melakukan pengobatan ibu agar bisa kembali normal seperti sediakala,” ujarnya.