http://tajukonline.com – (16/1/2019) Jakarta, Aktivis 98 yang tergabung dalam Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) khawatir jika pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) di masa lalu bakal marak lagi jika Prabowo Subianto jadi Presiden RI. Untuk itu, mereka meminta masyarakat berhati-hati memiluh pemimpin.
Penuntasan kasus pelanggaran HAM di masa lalu, seperti kasus penculikan aktivis dan tragedi 97-98 kembali digaungkan dan menjadi perhatian publik. Pasalnya, hingga kini masih ada 13 orang aktivis yang dinyatakan hilang.
Aktivis JARI 98 pun meminta agar negara lebih serius untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM khususnya peristiwa 97-98. Salah satunya ikut terlibat Prabowo Subianto yang diduga menghilangkan paksa sejumlah aktivis pada 1998.
“Era digital ini informasi sangat mudah sekali didapat, sekali klik cari penculikan 98 di situ kita bisa tahu siapa dalangnya. Makanya, ketika capresnya Prabowo yang maju di Pilpres 2019 ini saya gak mau golput,” tegas Sekjen Jari 98 Ferry Supriadi di acara diskusi, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
“Bagaimana jadinya bangsa ini kalau dia yang memimpin,” ujar Ferry lagi.
Menurut Ferry, peristiwa hari ini sebenarnya mengulang sejarah 98. Sebab, kata dia, ada yang ngeblock ke kubu Jokowi dan ada yang ke kubu Prabowo.
“Sebenarnya kita hari ini mengulang 98 saja. Cek saja kelompok yang pernah gabung PamSwakarsa ada di kelompok 212. Identifikasinya seperti itu dan hanya mengulang sejarah saja,” tuturnya.
Karena itu, Ferry menghimbau agar hati-hati memilih pemimpin. Hal itu, untuk mengantisipasi terulangnya rezim Soeharto yang telah melakukan kejahatan HAM.
“Jadi kita tak ingin orde baru kembali lagi. Kasus pelanggaran HAM ini harus diselesaikan dan diluruskan. Kita akan konsisten kampanyekan bahwa sangat berbahaya jika kita kembali ke rezim orde baru,” ucapnya lagi.