http://tajukonline.com – (17/1/2019) Jambi, Akhirnya teka-teki kenapa Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra tidak mendukung penuh pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno pada Pemilu 2019, terungkap.
Menurut Yusril, dirinya tidak respek dengan ijtima ulama yang berada di barisan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 tersebut.
“Saya tidak respek dengan ijtima ulama pasangan capres dan cawapres nomor urut 2, Prabowo-Sandiaga Uno,” kata Yusril saat ngopi dan ngobrol bareng bersama bang Yusril di kawasan Broni, Kota Jambi, Selasa 15 Januari 2019.
Menurutnya, ulama besar yang memiliki pengaruh di tengah masyarakat adalah ulama yang nyata, yakni ulama non struktural.
“Mereka itu tidak hanya di NU juga Muhammadiyah saja. Mereka juga tidak masuk TV, media sosial atau lainnya. Tapi mereka semua tidak ambil pusing,” ujar Yusril.
Mereka itu, sambungnya, memiliki pondok pesantren di kampung-kampung. “Itu lah mereka, Kiai kampung, mereka itulah ulama sesungguhnya yang mempunyai masjid di kampung. Dan suaranya didengar oleh banyak masyarakat,” tegasnya.
Alasan ini yang membuat dirinya mengambil sebuah keputusan yang tepat dan realistis. “Jadi saya harus gimana? Saya harus pilih yang mana? Yang didominasi habaib yang jumlahnya tidak seberapa atau ulama-ulama tradisional yang jumlahnya ratusan ribu, mereka mayoritas ulama,” sambung Yusril.
Karena itu, dia berpikir harus menempuh jalan yang lebih moderat. “Kenapa saya tidak mau menjadi pendukung kelompok-kelompok mereka, jadi saya tahu persis. Jangan-jangan ada satu upaya propaganda yang luar biasa yang membangkitkan emosi umat Islam, apalagi ada tags #2019gantipresiden,” tegasnya.
Yusril tak habis pikir terhadap para ulama di barisan Prabowo-Sandiaga Uno. Saat ada viral di media sosial jogetnya Capres Prabowo diperingatan Natal tahun lalu, tidak ada ulama yang mengingatkannya. Sedangkan, KH Maruf Amin justru dibuat video hoax seolah memakai baju sinterklas.
“Waktu Prabowo berjoget-joget saat Natal, ternyata tidak ada yang berani mengigatkan atau menegur dia. Mana habib-habib hasil pilihan ijtima mereka. Inikah calon presiden yang dipilih dari hasil ijtima ulama mereka,” ujar Yusril.
Dengan sejumlah peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini, membuat dirinya mengetahui kualitas masing-masing capres dan cawapres. “Ternyata sekarang saya tahu Pak Jokowi gimana dan Pak Prabowo gimana. ini adalah politik dan saya harus mengambil keputusan, terutama menguntungkan umat Islam dan PBB. Siapapun yang menang, Jokowi atau Prabowo menang umat Islam harus tetap utuh dan PBB tetap eksis. Ini saja yang jadi pemikiran saya,” papar dia.
Dia tidak menginginkan, Indonesia menjadi terpecah belah gara-gara beda pilihan pada pemilu mendatang. “Jangan sampai Jokowi atau Prabowo menang, kita berkelahi, umat Islam terpecah belah. Itu yang sama-sama kita tidak inginkan, tidak bagus itu. Kan jadi presiden hanya 5 tahun,” tuturnya.
Diakuinya, ini bukan pemikiran yang pragmatis tapi realistis di tengah tengah keputusan yang sulit. “Saya bukan orang yang menghalalkan cara dalam menggapai keinginan, tapi menggunakan banyak cara,” imbuhnya.
Karena itu, dia bilang ke Presiden untuk maju bareng dalam pemilu. “Saya bilang ke Pak Jokowi, ayo kita maju bersama-sama, asal jangan dicurangi atau dipecundangi. Yang penting PBB tetap eksis dan bisa meraih suara 4 persen,” pungkas Yusril.
(fid)