http://tajukonline.com – (21/1/2019) Jakarta, Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) mendorong pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres/cawapres) menampilkan program dan gagasan yang baik untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia selama lima tahun ke depan, ketimbang membuka aib dan keburukan lawan.
Program dan gagasan yang baik tersebut dapat disampaikan melalui debat terbuka masing-masing pasangan capres maupun melalui anggota tim kampanye. Pasangan capres maupun tim kampanye dapat mengkritisi program dan gagasan yang disampaikan capres lainnya.
Sebagai salah satu organisasi yang menjadi wadah alumni perguruan tinggi terkemuka nasional, Iluni UI selama tiga bulan ke depan akan menjadi fasilitator bagi capres maupun tim kampanye atau tim sukses untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan program-program andalannya kepada masyarakat melalui debat bertema Seri Diskusi Pilpres Berkualitas.
Diskusi bertujuan agar Pilpres 2019 menjadi ajang adu gagasan yang subtantif tentang berbagai tantangan strategis bangsa. Seri Diskusi Pilpres berkualitas, selain dihadiri pengurus ILUNI UI juga anggota masyarakat umum secara terbatas dan perwakilan anggota tim kampanye masing-masing capres.
“Dalam tiga bulan ke depan, Iluni UI akan secara rutin setiap minggu menyelenggarakan diskusi membahas topik-topik strategis dengan mengundang para pakar, praktisi, tokoh masyarakat serta tim sukses kedua capres. Harapannya Iluni UI menjadi pemantik demokrasi yang aktif tapi guyub dengan adu gagasan dan tawaran solusi sehingga bangsa Indonesia naik kelas setelah Pemilu 2019 selesai,” tutur Ketua Iluni UI, Tommy Suryatama dalam keterangan pers yang diterima, Senin (21/1/2019).
Rangkaian diskusi perdana sudah digelar akhir pekan kemarin di ruang rapat rektorat UI Salemba, Jakarta Pusat. Hadir dalam diskusi, Ketua Policy Centre Iluni UI yang juga Direktur Program Indef Berli Martawardaya dan sekretaris Jenderal Iluni UI Andre Rahadian.
Menurut Tomy Suryatama, topik yang diambil pada diskusi perdana dari rangkaian Diskusi Pilpres Berkualitas 2019 adalah Tantangan Paris Climate Accord dan UN Climate Conference 24 pada Model Pembangunan Indonesia.
Dalam diskusi perdana tersebut, Iluni UI bekerja sama dengan Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia (Perwaku) yang memiliki kompetensi kuat dan pengalaman panjang di bidang lingkungan.
Acara yang dipandu moderator Berly Martawardaya itu menghadirkan pembicara masing-masing Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Agung Sugardiman, anggota Tim Kapanye Nasional (TKN) Jokowi–Ma’ruf, Agus Sari; anggota tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Harryadin Mahardika; Regional Climate and Energy Campaign Coordinator Greenpeace Tata Mutasya, salah seorang peneliti Pusat Kajian Perubahan Iklim (RCCC) UI yang juga pengurus Perwaku Sonny Mumbunan.
Menurut Tata Mutasya, pemerintah dan pemimpin negara ke depan perlu menyoroti sektor kehutanan dan energi sebagai penyumbang emisi terbesar di Indonesia dan tantangan besar Indonesia dalam menerapkan kesepakatan Paris. Pemerintah perlu akselerasi Energi Baru dan Terbarukan dan mewujudkan demokratisasi energi guna menurunkan emisi secara signifikan.
Sepakat dengan Tata Mutasya, peneliti RCCC UI Sonny Mumbunan menyatakan komitmen untuk mempertahankan peningkatan suhu bumi tidak melebihi 2o C sesuai Kesepakatan Paris, akan mencegah tingkat kematian prematur warga Jakarta sebesar 1,6 juta penduduk pada kurun waktu 2020-2100. Sonny juga menekankan, bahwa studi ilmiah menemukan bila suhu meningkat melebihi 2o C maka pertumbuhan ekonomi akan terpotong 1%.
Menanggapi hal tersebut, Dirjen Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ruandha Agung Sugardiman, menyampaikan, pemerintah telah memiliki cetak biru National Determmined Contribution (NDC) yang tertuang dalam Bab 8 Rancangan Teknokrat Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 tentang Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim. Sebagai upaya mengurangi emisi sektor kehutanan yang menjadi kontributor terbesar (17%).
“KLHK fokus pada lima upaya, yakni mengurangi deforestasi, mengurangi degradasi hutan, optimalisasi peran konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan karbon hutan,” papar Ruandha Agung Sugardiman.