http://tajukonline.com – (2/6/2019) Nugroho Notosusanto menggugat Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni lewat sebuah buku lawasnya.
Buku yang berjudul “Naskah Proklamasi jang Otentik dan Rumusan Pancasila jang Otentik” yang diterbitkan Pusat Sejarah ABRI dan Departemen Pertahanan-Keamanan pada 1971. Buku ini kemudian diperbarui dan pada 1980 diterbitkan dengan titel baru Mengamankan Pancasila Dasar Negara.
Bersumber dari tulisan-tulisan Muhammad Yamin, Nugroho-lah yang pertama kali menyoal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
Nugroho menyatakan Pancasila dirumuskan bersama oleh Bung Karno, Muhammad Yamin, dan Soepomo. Dia pun menyimpulkan 1 Juni bukanlah Hari Lahir Pancasila sebagai dasar negara, tetapi Pancasila Bung Karno.
Kata Pancasila memang pertama kali diucapkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 di hadapan sidang Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia-BPUPKI).
Ketika itu, rumusan silanya belum seperti yang berlaku sekarang. Bung Karno menawarkan lima sila yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Perikemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan Sosial; dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nugroho juga menyoal bunyi sila kedua, internasionalisme, yang dianggap sebagai semboyan komunisme. “Dari kesemuanya itu tentulah kita sudah dapat mengerti di mana letak kerawanan 1 Juni itu,” kata Nugroho seperti ditulis Majalah Tempo tanggal 29 Agustus 1981.
Namun, hasil penelusuran Nugroho ini pun bukan tanpa polemik. Buku Nugroho yang terbit 1981 berjudul Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara (PPPDN) menuai kritik, bahkan hingga sekarang. Musababnya, Nugroho menggunakan buku Yamin, Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, sebagai sumber primer.
Mohammad Hatta termasuk tokoh yang mengkritik tulisan tersebut. Hatta tetap teguh sebagaimana dalam “Surat Wasiat” yang ditulisnya dan ditujukan kepada Guntur Sukarno Putra pada 1980 bahwa pidato Sukarno pada 1 Juni 1945 telah diterima secara antusias oleh semua peserta rapat BPUPKI.
Ini kemudian dibuktikan dengan dibentuknya panitia kecil beranggotakan sembilan orang (termasuk Hatta, Sukarno dan Yamin), yang hanya membuat perubahan-perubahan kecil—atau dalam istilah Hatta: “hanya memerciki”. Jadi, dasar utama Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang 1945 tetaplah bersumber dari hasil penggalian Sukarno pada 1 Juni 1945.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, pada tahun 1970, pemerintah Orde Baru melalui Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) sempat melarang peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.
Namun hari ini, Hari Lahir Pancasila diperingati dengan upacara resmi yang diselenggarakan negara. Dua tahun lalu, Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Keputusan Presiden itu juga menyebutkan 1 Juni sebagai hari nasional yang diperingati bersama oleh pemerintah dan masyarakat.