http://tajukonline.com – (9/11/2020) PHILADELPHIA – asil akhir Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 akhirnya menempatkan kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden sebagai Presiden terpilih AS.
Hal itu didasarkan pada proyeksi dari Decision Desk HQ yang berkeyakinan 99 persen untuk hitungannya.
Dengan proyeksi hasil akhir ini, Biden menjadi calon presiden terpilih AS hasil akhir Pilpres AS 2020.
Mantan Wakil Presiden era Barack Obama itu telah mengalahkan lawannya petahana Republik Donald Trump sekaligus menyudahi empat tahun kepresidenan taipan real estat itu.
Kemenangan Biden dipastikan pada Jumat (06/11/2020) pukul 9:30 pagi waktu bagian timur AS.
Decision Desk HQ memproyeksikan kemenangan Biden di negara bagian Pennsylvania yang memberikannya 273 electoral votes.
Diperlukan minimal 270 electoral votes untuk memenangkan Pilpres AS.
Associated Press belum memproyeksikan kemenangan Biden walau hampir dipastikan tinggal menunggu waktu.
Proyeksi Associated Press akan memberikan 284 electoral votes kepada Biden ditambah dengan negara bagian Arizona.
Rust Belt menangkan Biden
Biden layak berterimakasih kepada pendukungnya di trio swing states Rust Belt yang menjadi kunci krusial kemenangannya.
Politisi kawakan dari Delaware itu berhasil merebut dan merestorasi kembali “Blue Firewall” dari tangan Trump.
“Blue Firewall” merujuk ke tiga negara bagian Rust Belt, Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan, yang selalu kompak memilih capres Demokrat sejak pilpres 1992 hingga pilpres 2012.
Tiga negara bagian industrial yang berlokasi di Midwestern AS itu adalah benteng pertahanan electoral college Partai Demokrat, yang identik dengan warna biru.
Trump berhasil mengalahkan Hillary Clinton pada pilpres 2016 setelah secara mengejutkan merobohkan keperkasaan Demokrat selama dua dekade di trio swing states yang didominasi pekerja pria berkerah biru tanpa pendidikan universitas itu.
Walau Trump tetap didukung blok pemilih industrial berkulit putih ini, Biden berhasil memotong mayoritas Trump dengan raihan suara yang lebih baik dibanding Clinton.
Awalnya Demokrat optimis Biden dapat meraih kemenangan cepat.
Namun kegagalan Biden memenangkan Florida, swing state krusial di Sun Belt, menunda kemenangannya.
Suami Jill Biden itu tak berdaya di Sunshine State karena rendahnya dukungan dari pemilih Hispanik.
Hal ini sangat mengejutkan karena blok pemilih Hispanik adalah demografi yang loyal memilih Demokrat.
Namun hasil memilukan Biden di Florida tidak merambat ke swing states Sun Belt Lain.
Biden dipastikan menang di Arizona dan berpeluang besar membirukan Georgia.
Kedua negara bagian ini adalah swing states baru.
Dikenal sebagai basis kuat pendukung Partai Republik selama puluhan tahun, Arizona dan Georgia perlahan tapi pasti semakin kompetitif karena perubahan demografi.
Georgia dan Arizona terakhir dimenangkan capres Demokrat, ketika itu, Bill Clinton masing-masing pada pilpres 1992 dan 1996.
Secara demografi nasional, kunci kemenangan Biden terletak pada meningkatnya dukungan dari pemilih kulit putih terhadapnya terutama dari blok pemilih suburban dan blok pemilih wanita khususnya yang berpendidikan universitas.
Blok pemilih suburban yang dikenal adalah pendukung tradisional Partai Republik mengalihkan dukungannya ke Demokrat, melanjutkan tren perubahan peta politik AS yang terjadi sejak hasil pemilu sela (midterm) 2018.
Pemilih suburban yang tersebar mulai dari suburb Milwaukee di Wisconsin hingga suburb Atlanta di Georgia gerah dengan kontroversi dan kekacauan pemerintahan Trump.
Mereka adalah blok penyangga kemenangan besar Demokrat pada pemilu House of Representatives (DPR AS) pada pemilu sela 2018.
Isu-isu yang menjadi fokus perhatian pemilih suburban adalah isu kesehatan terutama jaminan asuransi kesehatan (Obamacare), penanganan pandemi Covid-19, dan hubungan ras.
Trump telah berupaya menakut-nakuti pemilih suburban jika mereka memilih Biden, maka daerah tempat tinggal mereka akan rusuh seperti yang terjadi di Minneapolis dan Kenosha.
Upayanya gagal dan memastikan percepatan perpindahan dukungan demografi pemilih suburban dari Republik ke Demokrat.
Sementara itu blok pemilih wanita juga meninggalkan Trump terutama di tengah ancaman terhadap hak aborsi wanita AS, setelah dikonfirmasinya Hakim berhaluan konservatif yang dekat dengan Partai Republik, Amy Comey Barrett sebagai Hakim baru Mahkamah Agung AS.
Blok pemilih minoritas yaitu Hispanik dan Afro-Amerika yang selama ini adalah basis kuat Demokrat tanpa diduga mengalihkan dukungan mereka kepada Trump.
Perpindahan suara ini tidaklah besar namun cukup untuk membuat hasil pilpres lebih ketat dari prediksi.
Tanpa dukungan kuat pemilih suburban dan anjloknya dukungan dari pemilih minoritas, Biden hampir pasti akan kalah atau bahkan meraih hasil lebih buruk dari Clinton.