Mayjen (Purn) Dedi S. Budiman: Kebijakan PPKM Adalah Kebijakan Linglung

Penyekatan selama PPKM Darurat (foto: twitter.com)

tajukonline.com (18/7/2021)Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) Sebagai koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali yang telah meminta maaf terkait penanganan PPKM Darurat yang tidak maksimal mendapat respon dari masyarakat.

“Kebijakan rezim yang tidak mau ngasih makan. Tak bertanggung jawab menyelamatkan rakyat. Jadi kapan Covid selesai,” ujar Mayjen (Purn) Dedi S. Budiman dari Forum Komunikasi Patriot Peduli Bangsa (FKP2B) menjelaskan menanggapi pernyataan LBP tersebut, Minggu (18/07/2021).

Bacaan Lainnya

Menurut Dedi, untuk melawan Covid-19 adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat, daya tahan tubuh masyarakat meningkat bila kesejahteraan meningkat.

“PPKM kepanjangan dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Kebijakan ini diambil pemerintah untuk membatasi kegiatan masyarakat terutama untuk mengurangi kerumunan. Harapannya, kebijakan ini bisa menekan jumlah penularan kasus Covid-19,” tutur Dedi.

Dedi menyampaikan pula bahwa PPKM ketat dengan berbagai larangan tanpa didukungan kesejahteraan kepada masyarakat, justru rakyat menjadi stress, menjadi resah gelisah, sehingga daya tahan tubuh menurun, justru menjadi sasaran empuk Covid-19.

“Kebijakan PPKM tak seimbang dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, adalah kebijakan linglung, adalah kebijakan yang meresahkan masyarakat, adalah kebijakan tanpa menggunakan otak cerdas, adalah kebijakan tak bertanggung jawab,” tutup purnawirawan TNI ini.

Sejak bergulirnya PPKM Darurat ini, timbul gejolak di masyarakat. Timbul penolakan dimana-mana. Berikut respon masyarakat terkait PPKM Darurat yang akan diperpanjang “Enggak setuju, soalnya dagangan ini sepi sebenarnya,” ujar Ahmad, Pedagang Kopi Keliling di Jakarta Pusat.

Ia mengkhawatirkan sepinya dagangan ini nantinya tidak dapat membiayai anaknya. Pasalnya, saat ini anaknya sedang membutuhkan biaya untuk pesantren.

“Nanti enggak bisa nerusin, enggak bisa biayaiin, sepi dagangannya, kaya gini hanya dapat Rp6 ribu perak satu hari,” sambungnya. (source)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *