Kebumen (mulai) Manglingi

Lukisan Sketsa Tugu Lawet Kebumen. (foto FB Zamrud Setya Negara)

Catatan Akhir Tahun 2021 dan Harapan Awal Tahun 2022

Bagi sebagian orang yang bekerja di perantauan, dulu ada ungkapan “Senajan ora bali Bumen puluhan tahun, tetap ora pangling. Kebumen ya ajeg-ajeg bae”. (Meski tidak pulang kampung Kebumen selama puluhan tahun, tetap tidak pangling. Kebumen ya begitu-begitu saja). Ungkapan ini banyak benarnya, karena memang selama beberapa puluh tahun terakhir, tidak ada perubahan yang signifikan di Kebumen. Tata kotanya tidak banyak mengalami perubahan, gedung-gedung di sepanjang jalanan kota Kebumen juga relatif tetap. Bahkan dalam hal tingkat pendapatan masyarakat, Kebumen yang berjuluk Kota Beriman masuk kategori daerah miskin di Jawa Tengah.

Bacaan Lainnya
Tugu Lawet Kebumen. (foto. iramasakankhaskebumen.blogpsot.com)

Namun dalam setahun terakhir, 2021, mulai terjadi perubahan cukup signifikan di Kebumen, baik secara fisik tata kota, infrastruktur di daerah, pola pemerintahan maupun gairah masyarakat dalam sektor bisnis dan ekonomi. Kebumen semakin semarak dan manglingi. Gejala akan adanya gerakan perubahan di Kebumen sudah terasa sejak gelaran pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 yang dimenangkan oleh pasangan calon (palson) tunggal Bupati dan Wakil Bupati, H.Arif Sugiyanto, SH dengan Hj. Ristawati Purwangingsih. Paslon Arif – Rista berhasil menyapu bersih dukungan semua partai politik (parpol) yang memiliki perwakilan di kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kebumen.

Arif – Rista berhasil menciptakan kedaulatan politik dan stabilitas pemerintahan dengan adanya hubungan yang harmonis antara lembaga eksekutif dan legislatif. Stabilitas politik dan hubungan yang harmonis antar elemen pemerintahan menjadi syarat mutlak berjalannya program-program pembangunan dan program pengentasan kemiskinan. Dalam janji kampanyenya, Arif – Rista mengusung tagline Kebumen Semarak merupakan kependekan dari Kebumen yang Sejahtera, Mandiri, Berakhlak bersama Rakyat. Arif – Rista bertekad menjadikan Kebumen yang Manglingi (Maen, Nyenengi, Lewih Ngangeni).

foto FB Pemkab Kebumen

Sebagai putra asli Panjer Kebumen, dengan darah mudanya Arif Sugiyanto membawa harapan baru dan angin perubahan untuk Kebumen yang beberapa tahun ini dinyatakan sebagai kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Model kepemimpinan Arif sangat dipengaruhi oleh latar belakang dirinya yang selama 20 tahun menjadi prajurit Bhayangkara dalam Korps Brimob (Brigade Mobil). Prinsipnya adalah, “Sekali melangkah, pantang menyerah. Sekali tampil, harus berhasil”. Tentu bagi sebagian pejabat birokrasi di jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen, model kepemimpinan Arif Sugiyanto membuat syok dan pontang-panting. Banyak ASN (Aparatur Sipil Negara) di bawah kepemimpinanya yang terkaget-kaget. Siang hari bekerja melayani masyarakat, malam hari rapat-rapat program OPD (Organisasi Perangkat Daerah), nyaris bekerja 24 jam sehari.

Arif Sugiyanto adalah pendatang baru dalam kancah politik di Kebumen, dia tidak punya beban dan dosa masa lalu. Ini menjadi modal besar baginya untuk gerak cepat, gas pol, menata birokrasi dan menyusun program percepatan pembangunan serta pengentasan kemiskinan di Kebumen. Apa yang dilakukan Arif tentu saja bukan tanpa resiko. Ada beberapa oknum di birokrasi yang merasa tidak siap, tidak nyaman bahkan menganggap Bupati Arif bersikap arogan serta otoriter dalam beberapa kebijakannya. Pengusaha yang selama ini mendapat kue anggaran dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga tidak sedikit yang jengkel karena tidak lagi dapat “bermain”. Bahkan ada kelompok masyarakat yang membencinya, terutama dari kelompok yang tidak mendukungnya pada gelaran Pilkada 2020 lalu. Intinya, apapun kebijakan Bupati Arif harus ditentang dan dilawan.

Kepada mereka yang menyatakan sebagai kelompok oposisi, Bupati Arif bukan mengabaikan, tetapi tetap mengakomodir dan memberi kesempatan menyampaikan uneg-unegnya. Beberapa orang ditemui secara pribadi, bahkan ada diantara mereka diundang datang ke rumah dinasnya untuk diajak bicara dan bertukar pikiran. Ada kelompok yang sadar dan dapat mengerti, ada beberapa orang yang tetap pada pilihannya untuk berdiri bersebrangan. Namun bagi Arif, ini adalah konsekuensi demokrasi. Adanya kelompok kritis adalah positif untuk mengontrol jalannya roda pemerintahan dan memperbaiki pelayanan.

Penghargaan dan Apresiasi

Tidak ada kemajuan tanpa perubahan. Dan setiap perubahan selalu menimbulkan ketidaknyamanan. Selalu ada kelompok masyarakat yang menentang perubahan, karena kepentingannya terancam atau tidak terakomodir. Tidak ada pemimpin di dunia ini yang disukai semua rakyatnya, dan tidak ada pemimpin di dunia ini yang dibenci oleh semua rakyatnya, bahkan dari kalangan para nabi sekalipun.

Untuk Kebumen yang sekian lama stagnan dan terpuruk memang dibutuhkan sosok pemimpin yang visioner, tegas serta punya nyali untuk menerjang badai. Arif Sugiyanto telah mendediasikan dirinya, waktunya, tenaganya untuk Kebumen yang lebih baik. Meski badai menghadang, dia tetap tak bergeming. Dalam setahun ini, 2021, kerja kerasnya mulai menampakan hasil. Berbagai penghargaan dan apresiasi dari pemerintah pusat maupun organisasi non pemerintah berhasil dia raih.

Bupati Kebumen, H. Arif Sugiyanto, SH. (foto FB Pemkab Kebumen.

Pada pertengahan Desember 2021, Kebumen berhasil meraih Penghargaan Smart City kategori Governance dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo). Dari Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah juga memberikan KIP Award (Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik) kepada Pemkab Kebumen. Pemkab Kebumen bahkan menjadi satu-satunya kabupaten di Jawa Tengah yang meraih Anugerah KPAI 2021 dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sebelumnya Pemkab Kebumen kembali meraih penghargaan Parahita Ekapraya (APE) Tahun 2020 Kategori Utama oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak atau Kemen PPPA.

Arif Sugiyanto juga berhasil membawa Kebumen mempertahankan untuk ke-7 kali meraih penghargaan predikat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun Anggaran (TA) 2020 dari Kementerian Keuangan RI yang sudah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Manglingi Mulai dari Kota

Ada pemandangan berbeda ketika kita memasuki kota Kebumen beberapa hari ini. Jalan sepanjang dari Tugu Lawet ke arah barat nampak lebar, lega dan menjadi satu arah, terus mengelilingi alun-alun, hingga ke arah timur melalui depan pendopo sampai ke Pasar Koplak dan kembali ke selatan sampai Tugu Lawet kembali. Koridor satu arah di pusat kota menjadi ciri kota besar yang hidup perekonomiannya dan mobilitas masyarakatnya. Di beberapa kota besar, jalan satu arah menjadi icon kota dan pusat ekonomi, seperti Malioboro di Yogyakarta, Braga di Bandung dan Slamet Riyadi di Surakarta.

Nama beberapa ruas jalan diubah dan disempurnakan, seperti Jalan Pahlawan diubah menjadi Jalan Soekarno Hatta, sekeliling alun-alun menjadi Jalan Merdeka, Jalan Kutoarjo menjadi Jalan KH Hasyim Asy’ari, Jalan Raya Sokka menjadi Jalan KH Ahmad Dahlan dan Jalan Lingkar Selatan menjadi Jalan Kebumen Raya. Dan beberapa jalan lain yang diberi nama baru dari para tokoh, seperti R. Bodronolo, Bupati pertama Kebumen yang waktu itu bernama Panjer, kemudian dr. R. Moehiman Kromoatmodjo, dokter pertama asli Kebumen dan Jaksa Agung R. Soeprapto.

Salah satu sudut Pendopo kabumian, Kabupaten kebumen. (foto dok tajuk)

Pendopo rumah dinas Bupati Kebumen juga mengalami renovasi sehingga nampak lebih gagah dan berwibawa. Halaman pendopo didesain menjadi lapangan upacara yang mampu menampung lebih dari seribu peserta, kemudian di bagian belakang rumah dinas dibuat menjadi lahan perkebunan dan mini persawahan Agri Smart, sehinga nampak asri dan sangat menarik. Ada berbagai macam sayuran dan pohon buah-buahan, kolam ikan serta spot untuk duduk santai sambil menikmati udara segar. Wajah baru pendopo rumah dinas bupati Kebumen setelah mengalami beberapa renovasi kemudian diberi nama Pendopo Kabumian.

Keberadaan koridor satu arah dan perubahan beberapa ruas jalan di kota Kebumen mungkin bagi beberapa orang menimbulkan ketidaknyamanan di awalnya. Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat akan terbiasa dan merasakan manfaatnya. Jika kita cermati, hampir di seluruh pusat kota pada kabupaten di Jawa Tengah terdapat jalan satu arah. Ini adalah ciri khas kota maju dan hidup perekonomiannya, sekaligus sebagai rekayasa lalu lintas untuk memimalisir kemacetan.

Beberapa kelompok masyarakat yang mempertanyakan kebijakan jalan satu arah dan perubahan nama jalan adalah wujud demokrasi yang wajar. Selama mereka mampu menampilkan argumen dan alasan yang kuat, dan disampaikan dalam koridor peraturan perundangan, tentu menjadi hal yang baik untuk perkembangan demokrasi di Kebumen.

Intinya adalah, diharapkan semua elemen masyarakat, baik yang berada di pemerintahan maupun yang menyatakan diri sebagai oposisi hendaknya memilki niat tulus untuk Kebumen yang lebih baik. Semoga di tahun 2022, percepatan pembangunan dan program pengentasan kemiskinan di Kebumen dapat berjalan baik dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Amin.

Salam GBK (Gerakan Bangkit Kebumen)

Arif Yuswandono, pegiat media dan pemerhati kebijakan publik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *