http://www.tajukonline.com (19/2/2022) PURWOREJO – Sengkarut yang terjadi di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo terkait pembangunan Bendungan Bener diduga kuat disebabkan masuknya pihak luar yang menjadi provokator dan sengaja menunggangi untuk kepentingan politik tertentu. Hal ini terungkap dalam acara silaturrahmi yang digelar oleh paguyuban kepala desa se-Kabupaten Purworejo, Polosoro pada Rabu (16/2/2022) kemarin.
Seperti dilansir purworejonews, sebanyak 469 kepala desa se-Kabupaten Purworejo berkumpul di Ganesha Convention Center, untuk menyikapi situasi yang terjadi di Desa Wadas, Kecamatan Bener. Mereka berkumpul dalam ajang Silaturahmi dan Konsolidasi Polosoro Kabupaten Purworejo.
Ketua Umum Polosoro, Suwarto, menyampaikan, pihaknya mendorong pemerintah untuk mempercepat proyek Bendungan Bener yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk jangka panjang.
Khususnya bagi wilayah yang butuh aliran air untuk irigasi, yakni dapat meningkatkan produksi pertanian. Selain juga dapat mengurangi banjir di Kecamatan Purwodadi dan Bagelen yang kerap terjadi.
“Kita sepakat Purworejo tidak boleh dimasuki provokator dari daerah lain dan menjaga kondisi Purworejo agar adem ayem,” tegasnya yang diamini seluruh peserta.
Suwarto menambahkan, warga Purworejo tidak mau diatur oleh daerah lain, terlebih bagi mereka yang datang untuk menjadi provokator.
“Lurah sak mene akehe, ojo meneng wae,” ucapnya bersemangat.
Sementara itu Kepala Desa Wadas, Fahri Setyanto, menegaskan, secara umum, masyarakat Desa Wadas, adalah warga yang baik. Hanya karena masuknya orang luar yakni LSM selama dua tahun belakangan ini, kondisi Desa Wadas menjadi memanas.
“Saat ini pun masih ada pihak luar tapi bukan aparat yang berada di Desa Wadas,” tandas Fahri.
Dalam forum itu Fahri juga memohon doa dan dukungan dari anggota Polosoro agar dalam proses pengambilan quarry tidak ada halangan.
“Kami menyadari manfaat Bendungan Bener terutama bagi petani, yakni yang semula panen dua kali menjadi tiga kali,” ucapnya.
Dalam acara yang dihadiri 469 kepala desa, kepala kelurahan dan perangkat desa Polosoro itu seluruh peserta sepakat untuk menolak masuknya pihak luar terkait PSN Bendung Bener dan juga Desa Wadas.
Selain peserta dan pengurus Polosoro, acara yang berlangsung singkat itu juga dihadiri oleh wakil ketua dan sekretaris DPP Papdesi (Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia) Provinsi Jawa Tengah.
Secara bergantian keduanya menyebut Papdesi dan Polosoro sebagai wadah untuk menunjukkan kekompakan antar anggota. Mereka pun mendukung pernyataan ketum Polosoro yakni tidak boleh ada pihak luar yang “bermain” di Purworejo.
Keduanya juga mengakui bahwa Polosoro merupakan paguyuban kepada desa yang paling banyak anggotanya dan paling kompak. Dalam forum itu Suwarto sekaligus dikukuhkan sebagai Ketua Papdesi Kabupaten Purworejo.
Sebagai bentuk solidaritas, atas usulan salah satu peserta, rencananya pelantikan kepala desa Kecamatan Bener akan diadakan di Desa Wadas. Peserta juga mengusulkan agar warga Desa Wadas diberi hiburan semacam wayang kulit agar suasana bisa cair.
Sekretaris Polosoro Dwinanto menilai, pertemuan kali ini merupakan test case solidaritas. “Ini membuktikan bahwa Polosoro solid karena hampir semua kepala desa hadir untuk mendukung pernyataan sikap,” katanya.
Sebelumnya Polosoro telah merilis empat poin sikap terhadap PSN dan konflik di Desa Wadas. Intinya mereka mendukung PSN Bendung Bener dan menolak provokator baik dari dalam maupun luar Purworejo. Mereka juga mensukung oenyelsaian masalah secara damai dan humanis. (Puspo Tajuk)