Bila kita mengamati dan menelaah sejarah Jawa, bahwa membokong atau menikam musuh dari belakang merupakan salah satu teknik perang yang biasa digunakan orang Jawa.
Ken Arok menyingkirkan Tunggul Ametung dengan cara membokong, Ken Arok wafat karena dibokong, Raja Singasari terakhir lengser karena dibokong, Jayakatwang lengser karena dibokong. Nah Raden Wijaya mendirikan Majapahit juga karena membokong Mongol.
Jika diamati, bahwa teknik membokong orang Jawa dalam memenangkan pertempuran ini biasanya dilakukan ketika lawan yang dihadapi lebih besar. Artinya dia yang membokong dalam posisi lebih lemah dan atau dalam keadaan terjepit.
Pun Ketika Amangkurat I Raja Mataram dikalahkan oleh Pemberontak dan kemudian wafat dalam pelarian, putranya Amangkurat II juga dalam memperoleh kekuasaannya kembali dan membangun kerajaan tinggalan bapaknya yang porak poranda juga menggunakan teknik membokong.
Amangkurat II sebetulnya tau, bahwa VOC adalah salah satu pihak yang mendanai Pangeran Trunojoyo, VOC masa ini wataknya sama seperti Arya Wiraraja dalam masa Majapahit, bermain dua kaki.
Karena hal itulah Amangkurat II mendekati VOC, lalu mengiming-imingi VOC suatu wilayah jajahan apabila sanggup menyingkirkan para Pemberontak Trunojoyo.
VOC mau membantu Amangkurat II, bayangkan mau membantu Pangeran yang terbuang dalam pelarian yang sama sekali tidak punya kerajaan karena sudah direbut musuh. Hal ini sama dengan tololnya Mongol yang mau membantu Raden Wijaya seorang Penguasa kampung Majapahit untuk menaklukkan Kediri.
Jadi teknik semacam itu bisa dilakukan hanya dengan kecerdasan diplomasi yang luar biasa. Amangkurat II sendiri hanya menunggu keberhasilan Belanda membabad musuh-musuhnya.
Selepas kekalahan Trunojoyo, Amangkurat II kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Mataram lagi. Olehnya Belanda dikasih wilayah bekas Mataram, sementara para tentara Bayaran dari Bugis yang direkomendasikan Belanda dikasih tanah tempat tinggal di baratdaya keraton saat ini.
☕️☕️