MAGETAN || Tajukonline.com – Telaga Sarangan di Magetan menjadi sorotan publik setelah banyak wisatawan mengeluhkan kondisi kawasan wisata ini yang dinilai kumuh, semrawut, dan kurang tertata. Keluhan ini diduga menjadi salah satu penyebab turunnya jumlah kunjungan wisatawan dan tidak tercapainya target pendapatan asli daerah (PAD) 2024.
Menanggapi hal ini, Penjabat (Pj) Bupati Magetan, Nizamul, menegaskan perlunya evaluasi mendalam terhadap pengelolaan Telaga Sarangan. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah memulai langkah perbaikan, termasuk membentuk satuan pemantauan di sektor hotel dan restoran menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Namun, hasil pantauan menunjukkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan di Sarangan tetap menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Nizamul, masalah utamanya bukan cuaca atau faktor eksternal lainnya, tetapi kualitas pelayanan dan pengelolaan tempat wisata yang dinilai kurang optimal.
“Saya melihat langsung kondisi di sana. Sampah berserakan, area parkir crowded, dan pedagang tidak tertata dengan baik. Kalau kita hanya mengandalkan daya tarik wisata tanpa memberikan pelayanan yang memadai, maka ini hanya menjadi industri biasa. Sama seperti Bali yang tidak lagi bisa bergantung pada tambang migas, kita harus memprioritaskan kenyamanan pengunjung,” tegas Nizamul.
Ia juga menyoroti bahwa persaingan dengan destinasi wisata lain seperti Tawangmangu, yang hanya berjarak satu jembatan dari Sarangan, menjadi tantangan tersendiri.
“Kalau tidak ada terobosan, kita siap-siap tertinggal. Masyarakat juga harus mulai berubah. Saya melihat kondisi Sarangan saat ini seperti Mandalika dulu, sifatnya sementara. Kalau dibiarkan, pedagang asongan dan kaki lima akan terus merugikan, akses jalan semakin buruk, dan pengunjung tidak betah. Jika sampai jalan masuk saja susah, ya gimana orang mau datang lagi,” tambahnya.
Nizamul juga mengajak masyarakat untuk berperan aktif menjaga citra Telaga Sarangan sebagai destinasi wisata unggulan. Menurutnya, edukasi kepada masyarakat, terutama pedagang, sangat diperlukan agar mereka lebih ramah dan memahami pentingnya memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan.
“Jejak digital sekarang menjadi penentu. Kalau orang browsing Magetan dan melihat foto kondisi yang kumuh, mereka akan enggan datang. Tawangmangu saja kini mulai menarik perhatian, bagaimana kita bisa membuat wisatawan mau ke Sarangan secara sukarela? Semua tergantung masyarakat. Kalau tidak mau berbenah, pada 2025 tingkat kunjungan bisa turun drastis,” ujar Nizamul.
Sebagai langkah nyata, Nizamul berkomitmen melakukan evaluasi besar-besaran terhadap pengelolaan Sarangan. Ia mengajak pemerintah daerah dan masyarakat untuk bersinergi dalam menjaga kebersihan, memperbaiki pelayanan, dan menata kawasan wisata agar tetap menarik bagi wisatawan.
“Ini adalah wujud pelayanan kita. Pemerintah daerah harus melihat kondisi yang ada dan memberikan solusi. Dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Magetan bisa kembali menarik minat wisatawan dan mempertahankan Telaga Sarangan sebagai ikon wisata unggulan,” pungkasnya.
RED