Hikmah Dibalik Pertemuan Jokowi-Prabowo ; Sekali Mendayung Dua Pulau Terlampaui

Kepala BIN (Badan Intelejen Negara), Jenderal Pol. Prof. Dr. Budi Gunawan, S.H., M.Si., Ph.D. menjadi tokoh sentral dibalik terwujudnya pertemuan dua tokoh nasional, Ir Joko Widodo dan Letjen TNI (purn) Prabowo Subianto.

Sekali mendayung dua pulau terlampau adalah falsafah yang mengajarkan kreatifitas berpikir dalam membuat strategi dan kreatifitas bertindak dalam kegiatan sehari-hari lainnya. Saya melihat dalam pertemuan kemaren, Budi Gunawan (BG), Jokowi dan Prabowo menerapkan falsafah tersebut.

Bacaan Lainnya

Sebelum pertemuan Jokowi-Prabowo Sabtu 13 Juli 2019 di stasiun MRT Lebak Bulus, banyak pendapat yang muncul. Tetapi kalau dibuat garis pemisah pendapat yang beragam itu datang dari dua kelompok. Yaitu kelompok yang menginginkan pertemuan kedua tokoh ini dan kelompok yang tidak menginginkannya.

Uniknya, pendukung Prabowo terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok yang mendukung pertemuan dan kelompok yang tidak mendukung. Sedangkan pendukung Jokowi sangat bulat menginginkan pertemuan itu dilaksanakan lebih cepat. Bahkan jauh sebelum sidang MK, pak Jokowi sudah mengutus pak LBP untuk mengatur pertemuan. Namun berita yang tersiar waktu itu, pak Prabowo belum bersedia dengan alasan masih sibuk.

Pendapat yang terbelah dari pendukung Prabowo dapat kita lihat dari:

Pertama adalah kelompok pendukung. Kelompok ini bisa kita lihat dari Waketum Gerindra Arief Poyuono. Dalam sebuah wawancara live TV, Arief mengatakan keinginannya agar kedua tokoh ini bertemu. Dan dalam prosesnya Arief sangat aktif berkomunikasi dengan pak JK untuk mengatur pertemuan ini. Ketika pak JK merasa sudah waktunya untuk pertemuan kedua tokoh ini, Arief adalah penghubung JK kepada pak Prabowo.

Kedua adalah kelompok penolak pertemuan. Kelompok ini tidak begitu jelas wujudnya, warnanya sangat pudar dan bahkan bisa berubah seperti Bunglon. Tetapi baunya sangat kentara. Dan bau yang bisa kita cium adalah kelompok ini memberi syarat rekonsiliasi yang tidak masuk akal ke pak Jokowi yaitu ‘mengembalikan Habib Rizieq ke Indonesia.’ Pada hal mereka sendiri sadar dan tau bahwa pak Jokowi tidak akan meng “ia” kan syarat itu.

Sekali dayung ‘Pertemuan Rekonsiliasi di MRT’ melampaui dua pulau, yaitu: pulau pertama adalah menekan dampak konflik ditingkat akar rumput. Menekan keterbelahan masyarakat dampak dari pilpres yang sangat keras. Pertemuan ini telah mengubur rivalitas Cebong dan Kampret dan menanam kebersamaan dalam Merah Putih dan Garuda Pancasila.

Pulau kedua adalah mengenali ‘musuh’ yang sebenarnya. Setelah pertemuan kemarin, kelompok ini pada akhirnya terang-terangan memunculkan diri ke publik dengan mengatakan “tidak merestui pertemuan Jokowi Prabowo.”

Strategi ‘bagai memancing harimau turun gunung’ adalah siasat yang dipakai Jokowi untuk memancing Harimau datang sendiri ke perangkap kandang yang telah disiapkan. Dalam hal ini pak Jokowi telah memberitahukan kepada rakyat ‘siapa yang menolak pertemuan ini, siapa yang tidak menginginkan bangsa ini rukun dan damai atau siapa ‘musuh’ yang sebenarnya, tanpa beliau mengucapkan sepatah kata pun tentang kelompok ini.

Kembali kecerdasan Jokowi teruji dalam mengatasi masalah.

Salut buat pak Jokowi dan hormat yang mendalam buat pak Prabowo. Terimakasih buat pak JK, Budi Gunawan, Edhy Prabowo dan Pramono Anung, yang berperan aktif mewujudkan pertemuan ini.

– kebumenku –

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *